Rabu, 12 Februari 2014

Bahaya Invasive Alien Species (IAS)

Kekayaan biodiversitas di Indonesia memang tidak perlu diragukan lagi. Mulai dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau memiliki keanekaragaman hayati yang khas. Namun yang perlu kita waspadai selain pengaruh dari kondisi Indonesia (perilaku masyarakat), ada ancaman dari luar yang bisa mempengaruhi keanekaragaman spesies di tanah air kita. Akhir-akhir ini muncul spesies yang disebut alien invasive, berdasarkan penelitian spesies tersebut dapat mengganggu keseimbangan alam, bahkan dapat mengencam keselamatan manusia.

            Menurut CBD-UNEP alien invasiv atau Invasive Alien Species (IAS) merupakan spesies yang diintroduksi baik secara sengaja maupun tidak sengaja dari luar habitat alaminya pada tingkat spesies, subspesies, varietas dan bangsa, meliputi organisme utuh, bagian-bagian tubuh, gamet, benih, telur maupun propagul yang mampu hidup dan bereproduksi pada habitat barunya yang kemudian menjadi ancaman bagi biodiversitas, ekosistem, pertanian, sosial ekonomi maupun kesehatan manusia, pada tingkat ekosistem, individu maupun genetik (spesies impor).
            Spesies asli adalah spesies yang telah menjadi bagian suatu ekosistem secara alami dan mengalami proses adaptasi yang telah berlangsung lama. Sedangkan spesies asing/alien adalah spesies yang dibawa atau terbawa masuk ke suatu ekosistem secara tidak alami. Spesies invasif merupakan spesies asli maupun bukan yang dapat mempengaruhi habitat, dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, kerugian ekonomi, dan membahayakan manusia. Spesies asing tidak selalu invasif, spesies invasif belum tentu berasal dari luar atau asing. Sedangkan IAS Invasive Alien Species merupakan kombinasi dari spesies asing dan spesies invasif.
            Faktor utama terjadinya introduksi IAS disinyalir dipengaruhi oleh perdagangan dan perjalanan internasional, namun data mengenai jalur masuk IAS belum dapat diketahui secara pasti. Beberapa spesies asing yang diintroduksikan selama puluhan tahun tidak menjadi invasif, hal ini membuktikan bahwa laju pemapaman (establishment) spesies asing bervariasi. Hal-hal yang dapat mempengaruhi  sifat invasif anatara lain adanya perubahan dalam spesies asing itu sendiri, perubahan jalur pengangkutan (waktu pengangkutan yang lebih pendek memberikan peluang  hidup yang lebih baik bagi spesies tertentu), perubahan iklim, serta perubahan perilaku manusia pada wilayah introduksi, dan sebagainya. Percepatan pemapaman spesies asing menunjukkan bahwa introduksi yang tidak disengaja masih merupakan faktor penting dalam perkembangan IAS.
            Sebagian besar spesies tanaman dan hewan diintroduksikan secara sengaja untuk berbagai keperluan  misalnya sebagai tanaman hias, hewan sirkus atau kebun binatang, burung piaraan, dan ikan hias atau pemancingan. Sedangkan di sisi lain introduksi invertebrata (termasuk organisme laut) dan mikroba, umumnya terjadi secara tidak disengaja, menempel pada spesies lain yang sengaja diintroduksikan. Gulma seringkali terbawa sebagai pengotor pada biji-bijian yang diimpor, sedangkan tanaman hias yang kemudian menjadi gulma awalnya diintroduksikan secara sengaja untuk hiasan. Stabilisasi tanah, kayu bakar, dan sebagainya, bahkan kadang terbawa secara tidak sengaja dalam program bantuan kemanusiaan ataupun perdagangan. Sebagai contoh 13 spesies gulma yang dinyatakan berbahaya di Polinesia Perancis, awalnya merupakan spesies-spesies yang sengaja diintroduksikan sebagai tanaman hias dan keperluan lainnya.
            Di samping jalur tradisional seperti pintu-pintu masuk barang dagangan di pelabuhan, beberapa jalur perlu diwaspadai sebagai jalur masuk IAS. Namun belum ada kesepakatan internasional mengenai hal-hal berikut ini (CBD Subsidiary Body on Scientific and Technological Advice, 2005):
1.      Alat AngkutAlat angkut dapat membawa IAS atau dapat menjadi tumpangannya. Alat pengangkuta seperti kapal laut, ferry, kayu gelondongan, perlatan mesin, dan sebagainya perlu diwaspadai 
2.      Aquaculture/Mariculture 
Introduksi hewan air eksotik dari wilayah lain dapat menjadi IAS di habitat yang baru atau menjadi pembawa IAS yang membahayakan spesies lokal. 
3.      Ballast Water 
Ballast water aalah air yang dibawa dalam lambung kapal laut untuk membantu kestabilan kapal selama berlayar. Volume ballast water dapat mencapai puluhan ribu ton bergantung pada ukuran kapal. Potensi dari ballast water dalam membawa IAS patut diperhitungkan. Apalagi sampai saat ini belum ada peraturan internasional mengenai pengendalian dan pengelolaan ballast water untuk melindungi dan meminimalkan resiko masuknya IAS. 
4.      Alat transportasi udara 
Pesawat terbang sangat berpeluang untuk membawa IAS melalui barang-barang yang dibawa oleh para penumpang. 
5.      Bantuan militer 
Bantuan militer dapat menjadi pembawa IAS dari suatu wilayah ke wilayah lainnya melalui peralatan, perlengkapan pasukan, dan sebagainya. Sampai saat ini tidak ada peraturan yang mengharuskan dilakukannya inspeksi terhadap peralatan militer, personil pasukan dan perlengkapan yang dibawanya. 
6.      Bantuan internasional 
Bantuan kemanusiaan internasional sangat berpeluang membawa IAS melalui kendaraan, peralatan khusus (pertanian, kesehatan, dan sebagainya), dan makanan. Pengawasan IAS melalui jalur ini belum diatur. 
7.      Penelitian 
Pertukaran materi penelitian untuk kegiatan ilmiah sangat memungkinkan terbawa IAS. Misalnya pertukaran materi genetik tanaman, spesimen biologi, koleksi klutur mikroba, alat laboratorium, dan pembungkusnya. 
8.      Pariwisata 
Turis mancanegara dan domestik dapat menjadi pembawa IAS secara sengaja maupun tidak sengaja melalui barang-barang souvenir maupun sebagai kontaminan pada baju, sepatu, tas dan peralatan pribadi lainnya. 
9.      Hewan peliharaan dan tanaman hias 
Perdagangan spesies hewan peliharaan dan tanaman hias dapat membawa IAS. 
10.  Agen hayati 
Agen hayati yang diitroduksikan dari wilayah lain dapat menjadi pembawa IAS. Oleh karena itu sebelum digunakan secara massal, agen hayati harus melalui evaluasi kelayakan terhadap keamanannya baik pada tanaman, serangga berguna, hewan, spesies berguna lokal lainnya, dan manusia. 
11.  Program penangkaran hewan secara ex-situ 
Pertukaran spesies hewan untuk penangkaran, kebun bianatang dan sarana berburu dari luar            negeri perlu diwaspadai kemungkinannya menjadi IAS atatupun membawa IAS. 
Invasi IAS merupakan ancaman utama terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayati, serta dapat menimbulkan biaya tinggi pada kegiatan pertanian, kehutanan, perikanan, dan usaha lainnya, termasuk pada kesehatan manusia. Pengaruh IAS terhadap spesies lokal dan ekosistem sangat beragam dan biasanya bersifat tetap (irreversible). Dampak invasi IAS terkadang sangat besar. Hambatan alam seperti lautan, pegunungan, sungai dan gurun mampu ditembus akibat terjadinya percepatan kegiatan perdagangan dan perjalanan manusia. Spesies-spesies yang diintoduksikan seringkali menjadi pemangsa, mengalahkan pertumbuhan, menginfeksi atau menjadi vektor penyakit, berkompetisi, menyerang, bahkan berhibridisasi dengan spesies lokal. Spesies-spesies asing tersebut dapat mengubah ekosistem secara keseluruhan dengan cara mengubah sistem hidrologi, siklus hara, dan proses-proses lainnya yang terjadi di dalam ekosistem. Seringkali, spesies asing yang mengancam keanekaragaman hayati juga dapat mengakibatkan kehancuran industri yang berbasis sumberdaya alam. Spesies-spesies seperti kerang zebra (Dreissena Polymorpha), tembelekan (Lantana Camara), tanaman merambat kudzu (Pueraria montana var. lobata), lada Brasil (Schinus Terebinthifolius), dan tikus (Rattus Rattus) diketahui sebagai penyebab terjadinya malapetaka ekologi dan ekonomi. Secara taksonomi, IAS sangat beragam, meskipun spesies-spesies pada kelompok taksonomi tertentu (mamalia, tumbuhan, dan serangga) merupakan kelompok IAS yang merusak. Ribuan spesies telah punah atau terancam oleh kehadiran IAS baik yang berada di kepulauan maupun benua. Banyak sekali ekosistem lokal yang hilang akibat IAS.
IAS dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomi (misalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan kegiatan pencegahan, pengendalian, kehilangan produksi, dan seterusnya). Gulma merupakan salah satu kelompok IAS yang telah menyebabkan kehilangan hasil pertanian setidaknya 25% dan juga mengakibatkan penurunan kualitas daerah tangkapan ikan pada ekosistem laut dan perairan darat. Di negara-negara Afrika, kerugian akibat gulma eceng gondok (Eichornia crassipes) yang telah mencemari perairan dan sawah diperkirakan mencapai 60 juta dollar Amerika Serikat (AS). Biaya yang dikeluarkan oleh AS dalam menangani IAS gulma mencapai 137 milyar dollar AS per tahun. Contoh lainnya adalah keong emas (golden apple snail, Pomacea canaliculata) yang telah menyebabkan kerugian hampir 1 milyar dollar AS untuk biaya pengendalian dan kehilangan produksi padi di Filipina. Impor ternak dan hasil hutan seringkali juga membawa hama dan penyakit yang dapat mengakibatkan kehilangan hasil pertanian yang nyata pada negara importir.
            IAS dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan termasuk terjadinya fragmentasi habitat, serta perubahan iklim global. Tidak semua spesies asing tergolong berbahaya. Pada banyak tempat, tanaman pertanian dan ternak berasal tempat lain (diintroduksikan secara sengaja). Banyak hutan produksi dan industri perikanan yang berbasis pada spesies yang diintoduksikan. Introduksi agens pengendali hayati (APH) untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman, juga seringkali cukup berhasil dan dapat mengurangi pemakaian pestisida dan menekan kerugian hasil secara nyata. Namun perlu kita disadari juga bahwa banyak spesies hama dan penyakit yang awalnya sengaja dintroduksikan karena dianggap menguntungkan. Banyak varietas tanaman hortikultura dan hewan eksotis yang telah menjadi invasif dan merusak.
 
contoh IAS:

ikan buntal


20130
Ikan cupang


39937


Rivina humilis L.


9003
Acacia nilotica (L.) Willd. Ex Delile
Mimosaceae

15890
Agropyron repens ( L. ) P.Beauv.


16314
Asphodelus fistulosus L.


101824
Asphodelus tenuifolius Cav.


8829
Asystasia gangetica (L.) T. Anderson subsp. micrantha (Nees)
Acanthaceae

20366
Austroeupatorium inulifolium (Kunth) R. M. King & H. Rob
Asteraceae/Compositae

19901
Bartlettina sordida (Less.) RM King and H Rob.
Asteraceae/Compositae

19833
Cecropia peltata L.
Cecropiaceae

8563
Chromolaena odorata (L.) R.M. King & H. Robinson
Asteraceae/Compositae

12397









Tidak ada komentar:

Posting Komentar