Pembahasan kitab Al-Hikam hari ini tentang sabar dan adab. Alhamdulillah di hamparan dunia yang luas ini, yang terkadang membuat pandangan berpendar tak jelas. Tuhan tak bosan membimbing kami, agar tak berputus asa dari jalan-Nya. Maka sungguh tak ada nikmat selain daripada-Nya dan tak ada kesedihan yang melampaui kepergian baginda Rasulullah dari dunia ini dan kehidupan setelahnya. Maka sungguh dunia seisinya tak mampu menggantinya. Alhamdulillah, astaghfirullah...
Bersabar,
Kita bisa bersabar menahan hawa nafsu adalah atas seizin Allah. Terkadang kita bisa bersabar terhadap apa yang kita inginkan atau harapkan, namun terkadang sangat sulit bersabar terhadap apa yang tidak kita harapkan atau inginkan yang datang menghampiri kita. Di situ salah satu letak ujian kesabaran yang sesungguhnya. Seringkali juga kita mampu bersabar dalam beribadah biidznillah, namun sering tak bersabar dalam beramal. Menggerutu, ngersulo, dengan hati yang dongkol, dst. Pada dasarnya kebahagiaan kita tidak terletak pada menumpuknya harta, namun penerimaan kita terhadap ketentuan-Nya. Barakallahu 'alaynaa aamiin
(1) Ngersulo alias tidak bersabar termasuk adab yang jelek. Setiap orang (hamba-Nya) diuji dengan ujian masing-masing sesuai kadar kemampuannya. Sesungguhnya setiap kesulitan bersama kemudahan. Maka keyakinan kita pada pengaturan Allah, akan membantu menuntun menjadi pribadi yang sabar, nrimo, tidak gampang ngersulo. Semisal, tatkala tempat kerja kita sesak penuh dengan hal buruk dan sulit kita memperbaiki bahkan khawatir kita ikut-ikutan buruk merusak akhlak dan ibadah, kemudian pindah tempat kerja dan kita bisa bersabar (tidak ngersulo) tatkala ternyata penghasilan kita tidak sebesar di tempat kerja yang awal. Maka insyaAllah kita bukan termasuk orang bodoh dan berkurang kemuliannya. (2) Menantang hukum waktu (hukum Allah) juga termasuk adab yang jelek, bahkan para ahli tasawuf (mensucikan dirinya) hal tersebut termasuk dosa besar...
Mari setiap dan seluruh aktivitas kita lakukan sebagai ibadah kita kepada Allah. Semuanya milik Allah, dan akan kembali kepada Allah. Maka ke-istiqomahan dalam beribadah sangat dibutuhkan, sedikit-sedikit tapi kontinu. Dengan penuh keikhlasan dalam rangka memenangkan Allah di hati kita. Tak perlu ada yang dikhawatirkan selama Allah menjadi sandaran, tempat bermuara, dan sebaik-baik tempat kembali. Semoga barakah dan rahmat Allah senantiasa menaungi kita semua, aamiin yaa Rabb.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar