Sabtu, 02 November 2019

Peniru Atau Pembelajar Yang Hebat



Peniru Atau Pembelajar Yang Hebat

                Amanina, begitu panggilan kesayangannya.
Dia langsung lari ke arahku, sambil bilang berpelukan kemudian dia berucap “aku sayang mama...
Secara reflek tangan dibentangkan, layaknya drama roman anak ibu.
Kudekap dan kupeluk erat dia, kubalas ucapannya “mama sayang Amanina.
Biasanya aku dipanggil ibu,  kadang berubah-ubah sesuai keadaan setelah bersama teman atau dia melihat tayangan apa. Ibu, mama, ummi, bunda, dan seterusnya...
Kupandangi dan kurenungi dia, kucoba pancing pertanyaan agar dia mulai bercerita tentang suatu hal. Saya suka bercengkerama dan mendengar cerita dari anak-anak. Apalagi anak sendiri, suka gemes. Kadang dia duduk manis bercerita, kadang enggan ingin berlari-lari ke sana kemari di pelataran, kadang dia malah ingin bercerita di saat saya sedang sibuk dengan pekerjaan ibu rumah tangga.
Tiba-tiba dia bercerita singkat, sebelum berlari kembali.
Amanina berucap dengan logat jawa,
“ Ibumu nek Malaysia to? Ibumu ini sebenarnya adalah mbah utinya
“ iya, nek Malaysia nyapo dik?
“ golek duwit, bla bla bla...
“ tanteku yo nek Yogya?
Iya sekolah di Yogya, sambungku
Kemudian dia bilang, aku yo sekolah TK
Kemudian dia lari-lari kembali ke sana kemari dengan riang gembira
Sejenak saya terpikir anak ini tahu dari mana ya. Padahal kami jarang membincangkan tema itu. Mungkin saat mbah uti atau tantenya pulang ke rumah. Bisa jadi, ada kemungkinan
                Suatu saat di kesempatan berbeda menemani si kecil menonton film kartun kesukaannya. Mulai dari tayangan Monkey & the trunk dia terpingkal-pingkal melihat aksi karib si monyet dan gajah, kemudian dilanjutkan kartun Upin dan Ipin. Ada beberapa adegan yang menjadi favoritnya, diantaranya saat Atuk digigit ular, bomba, nenek kabayan, ultraman ribut, dan saat tadika pergi ke kebun binatang. Saat ular masuk ke rumah opah, dia mulai mengikuti gaya ular ush...ush sambil meliuk-liukkan tangan seperti ular mematuk. Kemudian bomba datang, ditirukan kembali suara sirine mobil bombanya. Sambil mengatakan, “ Ibu, kasihan ya atok dicokot ulo...
Break sebentar ya sayang itu promosi, saya agak kaget dia mengikuti gaya bahasa yang diucapkan oleh peraga promosi dan ikut gerakannya pula. Mungkin ini sekaligus menjadi warning di pendahuluan. Apalagi kalau sudah mengikuti gerakan ultraman ribut
Bu, ibu...
Amanina jadi ultraman ribut, mengikuti gaya upin ipin sambil berputar-putar.
Awas upin ipin, bangun,, bangun ada raksasa
Berkali-kali, ultraman ribut
 Ayo bu sak-sak an, seperti gaya ultraman ribut melawan raksasa.
Sahutku, ya hati-hati sayang. Nanti kalau jatuh enak lo. Enak apa sakit?
Ya, akak. Ala upin ipin saat bicara dengan kak Ros
                Ada satu lagi kebiasaan yang menjamur di sekitar wilayah Kediri-Blitar saat ini yang cukup meresahkan saya yaitu Miniatur sound dan checksound. Mungkin gagasan awal miniatur untuk meningkatkan kreativitas, namun akhir-akhir ini mulai bergeser jadi banter-banteran (keras-kerasan) membunyikan sound. Bahkan parodi sound mulai menggeser karnaval-karnaval pada umumnya. Bunyi soundnya keras menggelegar sampai memekakkan telinga, membuat kaca, rumah seolah bergetar disertai lagu dangdut yang diremix atau sudah dimodivikasi cukup membuat khawatir. Kenapa?
Alasan pertama adalah alasan kesehatan,
Alasan kedua saking gandrungnya anak-anak membuat mereka kurang fokus belajar, seperti galau ingin lihat. Padahal acara kayak gini selesai tengah malam jam 2 malam baru buyar
Alasan ketiga miris saja dan kaget, saat lagu diputar anakku bilang “Bu, Amanina mau joget”
Sontak saya tepok jidat dan bilang,” no, sayang... astaghfirullah
                Dari situlah tanpa kita sadari anak-anak kita belajar banyak, bahkan meniru sesuatu yang belum tentu mereka pahami. Apalagi di usia 2-3 tahunan dan dengan bertambah usianya sekarang saya amati anak-anak cukup cepat menyerap dari apa yang mereka lihat dan dengar. Pentingnya keberadaanya orang tua untuk membersamai pertumbuhan dan perkembangan anak , agar mereka tidak sembarang meniru. Semoga jadi anak shalih ya sayang, saya Amanina karena Allah. We love you....



.............................
Hadiah untuk anakku yang beranjak 3 tahun
Barakallah
#chalengeNulisBunda #Chalenge3

Kamis, 10 Oktober 2019

Menjadi Seorang Ibu

Penantian yang cukup panjang,
Perjuangan yang tak kenal lelah,
Kebahagiaan menjadi bagian dari dirimu,
Penyemangat hidup kami di dunia yang fana ini,

Teringat saat mengandung dan melahirkan. Menjadi Seorang Ibu tidak sekedar setelah melahirkan bayi. Sayang, Asma' puteri ku
Semoga menjadi anak yang shalihah, selamat dunia akhirat, sehat lahir batin Baarakallah aamiin



Bersambung,

Di Bawah Lindungan Ka'bah

Setiap tulisan memiliki gaya dan semangat yang berbeda-beda. Bagi saya, goresan pena Buya Hamka memiliki makna yang mendalam. Kali ini saya akan mencoba mereview buku beliau  yang berjudul Di Bawah Lindungan Ka’bah. Diawali dengan perjumpaan penulis dengan seorang pemuda 23 tahun dari Sumatra yang telah mukim  di Mekkah pada tahun 1927. Pemuda itu bernama Hamid dengan perangai pendiam, suka bermenung seorang diri, dan memiliki sifat saleh. Agaknya itu yang membuat semakin tersemat rasa hormat, setelah bergaul selama dua bulan mulailah didapati berkawan dengan baik. Tiba masa tanpa sengaja Hamid bertemu sahabat lamanya saat di Padang dahulu yang bernama Saleh. Entah apa kiranya yang terjadi, selepas pertemuan dengan sahabat dari kampungnya itu Hamid nampak berubah keadaan dan sifatnya. Semakin seringlah ia membaca kitab-kitab,terkadang termenung seorang diri di atas atap rumah, seakan-akan tidak memperdulikan di sekitarnya. Sebagai sahabat merasa ibalah, kutanyai ada apa gerangan saudara banyak perubahan tidak seperti biasa? Jikalau saudara hendak berbagi keluh kesah akan saya kunci pintu erat-erat tidak meyiakan kepercayaan saudara. Kemudian berceritalah Hamid sebab-sebab kesedihan hatinya, dengan berpesan jika masih hidup meminta untuk menyimpan rahasia. Namun jika ia mendahului diizinkan untuk menyusun hikayat baik-baik dengan mengharap rahmat Allah.
Hamid mulai bercerita saat ia masih kecil berusia empat tahun ayahnya telah wafat. Menjadi yatim dalam kondisi melarat tinggal di gubug. Sepeninggal ayahnya, ibu memutuskan untuk menjadi orang tua tunggal. Ayah ibunya pindah ke kota Padang setelah perniagaannya jatuh dan tak bersanak famili. Dikisahkan ibunya kebaikan ayah semasa beliau hidup dan cita-cita agar anaknya kelak menjadi seorang terpelajar. Hamid kecil hendak membantu ekonomisang ibu dengan menjajakan kue-kue dari lorong ke lorong. Terkadang ibunya menyuruh untuk bermain, tetapi hati Hamid tiada dapat gembira. Karena menurut Hamid kegembiraan bukanlah saduran dari luar, tetapi terbawa oleh sebab-sebab yang boleh mendatangkan gembira itu.
Setelah memasuki usia enam tahun, kemudian dilaluinya setahun kemudian dengan sabar. Hamid akhirnya dapat bersekolah dengan bantuan haji Ja’far dan mak Asiah. Didaftarkan Hamid beserta anak perempuanya yang bernama Zainab ke sekolah. Mak Asiah menjadi sahabat ibu, Zainab seperti menjadi adik kandung sendiri. Belajar, bermain, bepergian bersama-sama. Dari bangku sekolah rendah (HIS= Hollands Inlandsche School) sampai menduduki MULO(Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Setelah tamat terpisahlah,anak perempuan terbatas hingga MULO . Hamid melanjutkan belajar ke Padang Panjang, setelah lulus bergelar diploma. Saat musim pakansi tiba, Hamid hendak berkunjung ke rumah Engku Ja’far dan ingin bercerita banyak hal kepada Zainab. Namun ia rasakan ada perasaan yang ganjil, sehingga tak mampu bercerita.
Beberapa lama kemudian, tidak disangka-sangka Haji Ja’far yang dermawan itu meninggal. Belum lama kemudian ibu Hamid sakit dengan penyakit dada yang semakin melemahkannya. Disaat detik-detik sebelum kepergiannya, beliau memberi nasihat agar lebih bijak dalam hal mengolah rasa. Tuhan yang telah menanamkan rasa dan Dia pula yang berkuasa mencabutnya. Kerap kali angan-angan atau suatu khayal mempengaruhi anak muda-muda, terkdang dapat hilang pergantian siang atau pertukaran malam. Semoga Allah memberi anugerah dan perlindungan. Tak lama kemudian sang ibu meninggal, tinggalah Hamid sebatang kara.
Semenjak kepergian Haji Ja’far dan ibunya, Hamid tak berkunjung ke rumah mak Asiah. Saat bertemu mak, Hamid diminta untuk datang ke rumah. Datanglah Hamid disambut Zainab dengan wajah memerah mempersilahkan, kemudian mak Asiah bertemu dan meminta tolong untuk membujuk Zainab agar mau dipertalikan dengan kemenakannya. Zainab pun belum berkenan.
Hamid melakukan perjalan jauh dari kota Padang, ke Medan, menuju Singapura, mengembara ke Bangkok, berlayar terus ke Hindustan, dari Karachi menuju Basrah, menuju ke Irak, melalui Sahara Nejd dan akhirnya sampailah ke tanah Suci yang senantiasa diimpikan oleh setiap muslim. Setelah setahun tiba masa haji dan bertemu Saleh yang beristrikan Rosna sahabat karib Zaenab. Kegundahannya bermula saat diceritakan perihal Zainab yang diam-diam menaruh rasa kagum akan budi pekerti yang tinggi kepada Hamid. Zainab merasa kehilangan setelah kepergiannya. Hamid pun berseri-seri, merasai ada harganya buat hidup sebab ada orang yang mengharapkannya.
Delapan Zulhijjah persiapan wukuf di Arafah, Hamid merasakan badannya sakit-sakit dan semakin lemah. Tak lama kemudian datanglah kabar Zainab wafat. Disusul meninggalnya Hamid dan dikuburkan di pekuburan Ma’ala.
 Allah Maha Adil. Jika sempit di dunia ini bagimu berdua, maka alam akhirat adalah lebih luas dan lapang. Di sanalah kelak makluk menerima balasan dari kejujuran dan kesabarannya. Di sanalah penghidupan yang sebenarnya, bukan mimpi dan bukan tonil. Kami pun dalam menunggu titah pula, sebab ada masanya datang dan ada pula masanya pergi.

Sabtu, 11 April 2015

koleksi









Minggu, 26 Oktober 2014

Hijrah di tahun baru 1436 hijriyah

Segala puji hanya untuk Allah semata, Tuhan semesta alam. Tiada kalimat yang patut saya ucapkan selain ucapan syukur alhamdulillah. Allah telah menakdirkan keindahan dalam setiap proses kehidupan, meski di antara rasa duka Tuhan telah takdirkan indah dan untuk dilalui penuh hikmah dengan khusyu' keyakinan akan perjumpaan dengan-Nya. Baarakallah aamiin

Diary September akhir tahun 2014 hijrah saya dari Surabaya ke Blitar. Begitu banyak kenangan dan pengalaman yang menyertai. Suatu saat mungkin saya akan merindukan salah satunya ketika sudah menetap bermukim di salah satunya insyaallah. Terima kasih atas semua, insyaallah saya berusaha menjaga tempat tinggalku. Insyaallah saya tidak berhutang kepada kalian. Terima kasih sahabat, guru, ustadzah,
teman berbagi. Semoga limpahan rahmat dan berkah dari Allah senantiasa menyertai kita semua aamiin.

Kini saya harus menatap kehidupan baru di kota kelahiran dan ternyata saya belum memahami seluk beluk kota ini dengan baik. Alhamdulillah setelah perjalanan panjang bisa kembali ke rumah menemani mbok dan kembali menjadi putra daerah. Saat-saat pembuktian ini Tuhan, apakah saya akan lebih menjadi manusia bermanfaat T_T. Insyaallah aamiin

Kini saya bertemu saudara-saudara baru, adik-adik baru, dan habit baru di daerah baru, dst. Selain masih aktif di organisasi KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) wilayah Jawa Timur, kini saya punya aktivitas baru yakni mengajar. Tidak jauh berbeda dengan aktivitas saat di Surabaya. Setelah diperkenalkan dengan senior SMA saya dengan sobat csr dinasti ps (perusahaan peternakan di Ponggok, Blitar), kami mengurusi adik-adik anak karyawan. Meski sekedar mengaji setiap sore dan belajar pekerjaan rumah. Aktivitas sudah berjalan menuju pekan ketiga. Alhamdulillah, semoga berkah aamiin.

Suatu sore hari saya mengajar sendiri, ibu guru yang lain berhalangan. Setelah mengaji dan shalat selesai, tinggal penilaian hasil gambar yang disertai riuh adik-adik. Kami berdiskusi dan sesi nasihat. Saat penilaian dimulai, ada anak yang nyeletuk "bu guru cantik ya".

Kemudian saya bertanya, cantik itu apa nak?

Ada yang menjawab: hidungnya mancung bu...
Ada lagi yang menimpali: seperti bu Zuli hidungnya juga mancung.
Sampingnya nambahin: kalau si Bunga "termini " bu..

Ada lagi yang menambahi...
Kalau tidak, ganti ibu ya yang bicara.
Sayang, ibu punya adik beliau kecil-kecil cabe rawit. Dan semangat mengejar cita dan prestasi. Jadi kita tidak diperkenankan menilai orang lain, hanya dilihat dari fisiknya saja.

Si Mawar bilang: Bu, si anu suka jahatin anak wedhok *wanita.

Si Elang menyahuti: nggak popo bu, koncoku kan lanang kabeh (temanku laki-laki semua). Sambil nyengir..

Kemudian saya bertanya, apakah ini ini ini ini laki-laki? Semua berteriak bukaaaan. Ramainya kayak paduan suara. Jadi? Kita harus baik kepada semua, apalagi si Elang kalau jadi pesepak bola yang baik juga harus baik kepada semua orang. Apalagi sama wanita, menghormati ibu, ... saling memaafkan ya. Kemudian mereka saling salaman. Lanjut berdo'a pulang.

Suatu hari lagi, ada tawaran mengajar di smpit. Awalnya saya pikir-pikir beberapa pekan. Pasalnya saya kurang berpengalaman mengajar di sekolah formal, ikut sistem instansi terikat peraturan kerja, dll. Akhirnya saya coba beranikan diri mendaftar. Kemudian mengikuti serangkaian tes wawasan, tilawah al Qur'an, hingga memasuki micro teaching. Hmm, saya masuk kelas micro teaching untuk kelas 8 smpit Ibadurrahman. Di awal pembukaan kelas anak-anak malah senyum-senyum, batin adakah yang aneh pada diriku. Meski nervous ini pengalaman pertama, alhamdulillah niat belajar lumayan.

Akhirnya saya pada titik di mana tidak semua keinginanku harus dipenuhi, kadang kita harus bersusah payah menertibkan diri untuk mendidik diri agar lebih bertanggung jawab. Perjuangan memang butuh pengorbanan, kalau aku mau lebih bermanfaat harus pandai mengambil mana yang bisa diusahakan dengan sekuat tenaga. Meski saya sempat menghapus mimpi menjadi guru formal, jika itu takdir dan ladang terbaik siapa tahu itu pintu surga.

Dan di antara mereka berhasil memukulku, Mengajar adalah proses belajar yang sesungguhnya. Sukses bukan tujuan, tapi adalah sebuah perjalanan ke surga. Dan surga adalah rahmat Allah. Semoga Allah memberikan berkah dan rahmat aamiin.

Terima kasih saudara-saudara, keluarga Blitar. Baarakallah


Rabu, 01 Oktober 2014

Lautan Inspirasi Tak Bertepi

Tentang kehidupan, Tuhan telah mengajarkan banyak hal. Jika kuhitung tak mampu lah saya menghitung berapa banyak yang diajarkan, berapa banyak nikmat yang diberikan-Nya. Puji syukur atas kehadirat-Nya.

Tergabung dalam tim kelas inspirasi Blitar merupakan salah satu anugerah bagi saya. Terhitung baru karena di awal saat tim berkoordinasi,saya masih bergelut dengan sidang akhir dan revisi menjelang kelulusan September 2014 di ITS. Alhamdulillah ada kesempatan bersama relawan untuk saling berbagi dengan adik-adik.

Selanjutnya melewati masa survey sekolah di Blitar. Survey perdana 17 September 2014 ke kawasan Ngadipuro kecamatan Wonotirto kabupaten Blitar. Perjalanan yang cukup panjang, jalan yang menantang naik turun bukit dengan kondisi jalan rusak sisa peninggalan penambangan pasir besi. Jalan bebatuan khas marmer. Sesampai di SD Ngadipuro 04 sudah tutup. Alhasil bonus perjalanan dan pengalaman.

Setelah sepekan fokus persiapan wisuda di Surabaya, saya mendapat kabar ditempatkan di SD Ngadirenggo 03 sebagai fasilitator. Belum tahu letak geografis SD, maka pada tanggal 27 september 2014 kita melakukan survey bareng kak Prita, kak Leli, Iqbal, dan om Arif. SD Ngadirenggo 03 terletak di kecamatan Wlingi kabupaten Blitar . Dengan perjalanan yang juga menantang, dominasi jalan rusak, berbatu dan berdebu. SD tersebut dapat dicapai dengan dua jalur. Kita berangkat dan pulang melalui jalur yang melewati daerah Genjong. Alhamdulillah sampai dengan selamat.

Sesampai di sekolahan, kami rombongan relawan yang survey sedikit dikagetkan ternyata para guru belum mengetahui bahwa Senin besok tanggal 29 september 2014 ada kelas inspirasi. Jadi singkatnya ketika pihak sekolah diundang untuk briefing dan lainnnya belum terkoneksi dengan baik. Alhasil kami diminta surat legal formal acara. Setelah dijelaskan oleh jubir kami akhirnya pihak sekolah memahami dan akan membantu persiapan pengkondisian sekolah, serta akan berkomunikasi lagi dengan kepala sekolah yang mau purna tugas di SD ini.

Kondisi singkat tentang sekolahan, sekolah terdiri dari 6 kelas dengan kelas satu tanpa siswa. Satu ruangan untuk kelas TK. Satu ruangan untuk guru, taman kecil di depan sekolah, dan lapangan di samping pojok ada tempat parkir kecil dan ada sebuah tiang bendera yang entah berapa lama tidak digunakan upacara bendera. Seperti penjelasan salah satu pak guru mengatakan bahwa sudah lama siswa tidak upacara bendera, saat kami mengusulkan pembukaan acara dengan upacara bendera. Murid terdiri dari 24 siswa SD dan 10 siswa TK.

Setelah kami silaturrahim dan ramah tamah selesai, kami berpamitan pulang. Alhamdulillah dengan cukup lega komunikasi dengan pihak sekolah mulai tercerahkan.

Tiba masa kelas inspirasi Blitar di SD Ngadirenggo 03 pada tanggal 29 september 2014. Tiga fasilitator dan satu fotografer merangkap videografer tiba duluan di lokasi. Sedangkan saya dan kak Dinar beliau pengajar seni datang agak terlambat. Ceritanya kami tersesat lewat jalur sebelah, bukan melewati jalur Genjong. Memang saya akui track satu ini lebih sulit dari yang saat kami lewati di waktu survey kemarin. Pemicunya saya lupa ingat jalannya, maklum masih sekali ke sana dan belum pernah ke sana selain pas survey. Track satu ini penuh ujian, jalanan terjal bebatuan, sekeliling hutan kebun kopi dan sebelah jurang. Sepi tidak ada perumahan, orang yang mau ditanyain pun tidak ada. Kebun sepi, kami sempat bingung mau ke jalan putar balik. Sempat motor terbanting, alhamdulillah tidak ada yang luka. Tiba-tiba ada suara motor, kami senang ternyata ada orang lewat. Terus kami tanya alamat dan jalur ke sekolah. Kata beliau jalan kami benar, hampir sampai. Akhirnya sampai di sekolahan. Adik-adik sudah apel pagi sama kakak-kakak. Bagaimana lagi kejadian ini di luar dugaan, meski sangat menyesal tidak ikut apel.

Setelah apel pagi, ada dua sesi. Sesi pertama rombongan dari polres mencoba menginspirasi adik-adik dengan berbagai teknik termasuk simulasi polisi dalam peragaan perlengkapan menghadapi demonstrasi dan berkeliling dengan motor dan mobil polisi. Yah saya melihat adik-adik dan orang tua mereka beserta guru dan pengajar sangat antusias. Senang rasanya dan bersyukur. Penampilan rombongan polisi begitu atraktif dan polisi juga ramah dengan adik-adik. Sesi kedua saatnya kak Dinar memperkenalkan seni kepada adik-adik. Kak Dinar berasal dari Malang dan bekerja di purwacaraka sebagai pengajar musik. Beliau juga menjelaskan tentang prestasi muridnya yang berhasil menjuarai kontes nasional kemudian lomba ke Cina dan membawa Indonesia sebagai juara. Kelas semakin seru dan diselingi dengan ice breaking dan game dari kakak fasilitator.

Sesi selanjutnya menuliskan mimpi di papan galaksi dan ditutup dengan menuliskan mimpi yang ditanam di halaman sekolah. Cukup diakui rombongan polisi cukup memukau, ya kita sama-sama tidak tahu yang sebenarnya. Kenyataan saat itu profesi atau cita-cita polisi sangat digemari, disusul profesi dokter dan guru.

Saat menanam cita-cita saat yang mengharukan. Banyak do'a dan harapan yang tersemat dan dipanjatkan. Bermimpilah dan bercita-cita lah selagi tidak ada larangan dan tanpa membayar. Setidaknya cita akan menginspirasi dan memberikan dorongan positif untuk berkarya dan bermanfaat. Anak muda harapan bangsa. Kalau tidak kepada engkau, lalu generasi yang mana lagi.

Sehari berbagi, selamanya menginspirasi. Salam inspirasi




@ Udanawu, Blitar
We_win

Rabu, 17 September 2014

Wonderful Journey "Ngadipuro Blitar"

Sabtu, 13 September 2014 - Perjalanan survey sekolah di pedalaman Blitar. Seperti judulnya "Wonderful" memang benar-benar luar biasa medan jalan, jarak, dan kondisi alam yang lainnya.

Bersama panitia kelas inspirasi Blitarian akan melaksanakan program pendidikan untuk menginspirasi adik-adik sekolah di SD. Salah satu lokasi yang dituju adalah daerah yang masih belum terjangkau dan masih terbatas. Mungkin sekolah tinggi itu adalah mimpi, bukan sekedar memang belajar adalah kebutuhan. Setidaknya itu yang terbayang. Banyak yang memilih menjadi TKI atau bekerja serabutan di kampung. Tak ayal gunungan kaolin dikeduk ada sebagian tak bersisa. Pasir besi diambil sesuka hati. Cadangan air menipis.

Lokasi yang dituju adalah desa Ngadipuro kecamatan Wonotirto. Sesama Blitar berjarak 100km lebih hampir mirip jarak rumah saya ke Surabaya. Jalan berliku, naik turun bukit sudah menjadi biasa. Ditambah kondisi jalan yang rusak salah satu akibat dari keberadaan penambangan pasir besi yang kemudian setelah rusak ditinggal pergi. Benar perjalanan ekstra, di awal motor saya dengan gas pol mendengung terus. Sempat terpikir khawatir kembali ke belakang. Jalan curam

Perjalanan yang terbayar, di sini juga terkenal memiliki pantai yang indah. Tidak kurang sepuluh pantai. Namun memang perlu daya upaya yang ekstra.

Terkadang kalau kita pas capek perjalanan, ada celetukan coba ingat senyum adik-adik maka bertambah semangat kau.

Ada guyonan lagi, Wonotirto itu filosofinya berlimpah air. Namun malah sebaliknya.

"Kulo niki asale saking Wonotirto, angel toyo, sirame setunggal kali sedino"


Ada hikmah perjalanan, tentang lika-liku kehidupan. Hidup tidak selalu mulus jalannya, terkadang kita melewati jalan berkerikil, mendaki jalan terjal, terkadang melewati jalan yang licin. Pada dasarnya jalan itu melatih, yang tadinya ringkih menjadi kuat, yang tadinya tergesa-gesa menjadi lebih bijaksana, yang tadinya pesimis menjadi optimis, yang tadinya mudah putus asa dan mengeluh menjadi pandai bersyukur dan bekerja keras. Sesungguhnya yang menguasai kehidupan adalah Allah. Suka tidak suka, mau tidak mau hidup senantiasa berjalan atas seizin Allah.

Semoga kita semua menjadi orang yang bermanfaat, dirahmati Allah dan husnul khatimah aamiin.