Peniru Atau Pembelajar Yang Hebat
Amanina,
begitu panggilan kesayangannya.
Dia langsung lari ke arahku,
sambil bilang berpelukan kemudian dia berucap “aku sayang mama...
Secara reflek tangan
dibentangkan, layaknya drama roman anak ibu.
Kudekap dan kupeluk erat dia,
kubalas ucapannya “mama sayang Amanina.
Biasanya aku dipanggil ibu, kadang berubah-ubah sesuai keadaan setelah
bersama teman atau dia melihat tayangan apa. Ibu, mama, ummi, bunda, dan
seterusnya...
Kupandangi dan kurenungi dia,
kucoba pancing pertanyaan agar dia mulai bercerita tentang suatu hal. Saya suka
bercengkerama dan mendengar cerita dari anak-anak. Apalagi anak sendiri, suka
gemes. Kadang dia duduk manis bercerita, kadang enggan ingin berlari-lari ke
sana kemari di pelataran, kadang dia malah ingin bercerita di saat saya sedang sibuk
dengan pekerjaan ibu rumah tangga.
Tiba-tiba dia bercerita singkat,
sebelum berlari kembali.
Amanina berucap dengan logat
jawa,
“ Ibumu nek Malaysia to? Ibumu
ini sebenarnya adalah mbah utinya
“ iya, nek Malaysia nyapo dik?
“ golek duwit, bla bla bla...
“ tanteku yo nek Yogya?
Iya sekolah di Yogya, sambungku
Kemudian dia bilang, aku yo
sekolah TK
Kemudian dia lari-lari kembali ke
sana kemari dengan riang gembira
Sejenak saya terpikir anak ini
tahu dari mana ya. Padahal kami jarang membincangkan tema itu. Mungkin saat
mbah uti atau tantenya pulang ke rumah. Bisa jadi, ada kemungkinan
Suatu
saat di kesempatan berbeda menemani si kecil menonton film kartun kesukaannya.
Mulai dari tayangan Monkey & the trunk dia terpingkal-pingkal melihat aksi
karib si monyet dan gajah, kemudian dilanjutkan kartun Upin dan Ipin. Ada
beberapa adegan yang menjadi favoritnya, diantaranya saat Atuk digigit ular, bomba,
nenek kabayan, ultraman ribut, dan saat tadika pergi ke kebun binatang. Saat
ular masuk ke rumah opah, dia mulai mengikuti gaya ular ush...ush sambil
meliuk-liukkan tangan seperti ular mematuk. Kemudian bomba datang, ditirukan
kembali suara sirine mobil bombanya. Sambil mengatakan, “ Ibu, kasihan ya atok
dicokot ulo...
Break sebentar ya sayang itu
promosi, saya agak kaget dia mengikuti gaya bahasa yang diucapkan oleh peraga
promosi dan ikut gerakannya pula. Mungkin ini sekaligus menjadi warning di
pendahuluan. Apalagi kalau sudah mengikuti gerakan ultraman ribut
Bu, ibu...
Amanina jadi ultraman ribut,
mengikuti gaya upin ipin sambil berputar-putar.
Awas upin ipin, bangun,, bangun
ada raksasa
Berkali-kali, ultraman ribut
Ayo bu sak-sak an, seperti gaya ultraman ribut
melawan raksasa.
Sahutku, ya hati-hati sayang. Nanti
kalau jatuh enak lo. Enak apa sakit?
Ya, akak. Ala upin ipin saat bicara
dengan kak Ros
Ada
satu lagi kebiasaan yang menjamur di sekitar wilayah Kediri-Blitar saat ini
yang cukup meresahkan saya yaitu Miniatur sound dan checksound. Mungkin gagasan
awal miniatur untuk meningkatkan kreativitas, namun akhir-akhir ini mulai
bergeser jadi banter-banteran (keras-kerasan) membunyikan sound. Bahkan parodi
sound mulai menggeser karnaval-karnaval pada umumnya. Bunyi soundnya keras
menggelegar sampai memekakkan telinga, membuat kaca, rumah seolah bergetar
disertai lagu dangdut yang diremix atau sudah dimodivikasi cukup membuat
khawatir. Kenapa?
Alasan pertama adalah alasan
kesehatan,
Alasan kedua saking gandrungnya
anak-anak membuat mereka kurang fokus belajar, seperti galau ingin lihat. Padahal
acara kayak gini selesai tengah malam jam 2 malam baru buyar
Alasan ketiga miris saja dan
kaget, saat lagu diputar anakku bilang “Bu, Amanina mau joget”
Sontak saya tepok jidat dan
bilang,” no, sayang... astaghfirullah
Dari
situlah tanpa kita sadari anak-anak kita belajar banyak, bahkan meniru sesuatu yang
belum tentu mereka pahami. Apalagi di usia 2-3 tahunan dan dengan bertambah
usianya sekarang saya amati anak-anak cukup cepat menyerap dari apa yang mereka
lihat dan dengar. Pentingnya keberadaanya orang tua untuk membersamai
pertumbuhan dan perkembangan anak , agar mereka tidak sembarang meniru. Semoga jadi
anak shalih ya sayang, saya Amanina karena Allah. We love you....
.............................
Hadiah untuk anakku yang beranjak
3 tahun
Barakallah
#chalengeNulisBunda #Chalenge3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar