Sabtu, 08 Maret 2014

Ibuku

Dahulu sempat menggerutu,
Sekarang semoga berkah kian bertambah dan melimpah aamiin.

Tak sampai hati menulis tentang ibu. Pasalnya khawatir tulisan tak dapat mewakili sosoknya. Takdir memang berkata begitu, tak ada yang perlu disalahkan. Ibuku adalah salah satu sosok yang saya kagumi. Bagaimana tidak, beliau telah melahirkanku dan sabar tatkala sakit yang bertambah-tambah. Tanpa menafikkan keberadaan ayah. Yaa mereka orang tuaku yang diberi amanah menjadi ayah dan ibuku. Meski riwayat pengasuhan dominan bersama nenek.

Ibuku tipe pekerja keras. Terkadang malu rasanya jika bersantai sedang beliau di negeri orang banting tulang. Saya akui jadwal terbang kerjanya cukup di atas rata-rata. Tidak terpaku pada gender. Tidak membiarkan waktunya nganggur terbuang sia-sia. Apa yang bisa dilakukan segera lakukan tanpa menunda. Jika badan cukup lelah baru istirahat. Jika di rumah agak lama biasanya tak betah, karena alasannya badannya malah capek kalau tidak digerakkan. Saya ingat sekali ibu pernah bilang saat di pabrik baru bosnya di Tangerang dibuka, "ini banyak lulusan s1 s2 s3 yang daftar kerja, meski ibu bukan lulusan kuliah tapi insyaAllah tak kalah saing. Alhamdulillah ibu yang bantu ngajarin mereka". Ibuku memang belajar secara otodidak, tak ada latar belakang sekolah teknik. Terakhir sekolah di pondok Mambaul Hikam-Udanawu yang bahasannya khusus tentang agama (separoh jalan ayah sudah datang). Ya semangat belajarnya cukup tinggi.

Ibuku termasuk wanita yang mandiri. Ibu yang saya kenal bukan orang yang suka menggantungkan diri pada orang lain. Tak juga suka mengeluh. Apalagi setelah menjadi single parents pun. Tidak pula tangan di bawah, kecuali sama Allah. Semampunya tangan di atas terutama tatkala ada rezeki. Kepasrahan beliau pada Allah dan takdir-Nya, masyaAllah. Begitulah, tegar dan kuat sosoknya yang kukenal.

Ibuku termasuk orang yang berpikir terbuka dan supel. Alhamdulillah atas karunia-Nya, ibu memberi kebebasan yang bertanggungjawab. Tak jua memaksakan kehendak kepada anaknya. Tidak juga menganggap kami kekanak-kanakan. Kami senatiasa dilibatkan dalam mengambil keputusan, apalagi kalau menyangkut hidup kami. Hampi-hampir sepenuhnya diserahkan kepada kami. Karena kepercayaan yang beliau berikan, kami tidak merasa dimata-matain atau dicurigai. Tatkala menyangkut tentang agama, biasanya ibu sering bilang. Kalau begini ... sudah benar belum Win, menurut agama? Tanpa merasa malu diguruin, meski kita juga berhati-hati dalam berbahasa yang sopan dan andap ashor. Ibu sering menanyakan bagaimana pendapa anak-anaknya. Alhamdulillah kami saling bercakap dengan sebaik-baiknya. Ibu tiap telepon sering bercerita tentang teman-temannya dan bosnya dari Malaysia yang rata-rata etnis China dst, latar belakang keluarganya, agamanya, dll. Alhamdulillah bisa menempatkan diri dengan seizin Allah.

Ibuku itu termasuk perhitungan dan berhati-hati dalam mengelola keuangan. Meski punya uang sebanyak apa, tidak suka memanjakan anak-anaknya. Mulai dari situ memberi pelajaran untuk menghargai hidup. Memberi secukupnya tidak berlebihan dan mengajari menabung. Alhamdulillah anaknya tak jua suka minta yang macam-macam.

Ibuku sering mengajari tentang kejujuran kepada kami. Tak ada orang jujur itu bakalan ajur. La wong jujur itu tuntunan dan akhlak terpuji. Termasuk jujur tidak mengambil hak milik orang lain. Ini menyangkut tentang kebarakahan harta jua. Keberkahan membawa kemanfaatan yang banyak, inysaAllah tidak merusak diri kita dan orang lain.

Ibuku sering berposisi seperti sahabatku tanpa menafikkan posisi sebagai ibu. Kami saling berbagi cerita dan do'a. Meski jarak membuat jarang bersua, namun esensi keberadaannya ada insyaAllah. Sehingga kami merasa lengkap juga tak sendirian karena ada Allah dan ibu plus keluarga, sahabat-sahabat. dan masih banyak lagi...

Meski ibu dan ayahku tidak mengasuh sepenuhnya namun suport mereka sangat berharga, dan nenekku big thank's, saya juga banyak belajar dari beliau. Terima kasih untuk lingkungan tempat tinggalku dan tempat belajarku dan segala yang menyertainya. Alhamdulillah bisa belajar dari mereka. Meski jujur kadang juga sempat khawatir, semoga kami semua istiqomah dan husnul khotimah. Menjadi ibu memang tidak mudah, semoga kelak juga menjadi ibu yang dibangakan di dunia-akhirat. Ya benar, menjadi teladan sangat penting. Itulah potret, al ummu hiya al-madrasatul al-ulaa (ibu adalah madrasah/sekolah pertama bagi anak-anaknya). Semoga kita semua dapat meneladani yang baik-baik dan menjadi teladan yang baik insyaAllah dengan seizin Allah.

Semoga bisa mewujudkan harapan ibu sekaligus cita-cita karena Allah, kira-kira 1, 2, 3 permintaan ibu. Salah satunya LULUS semester ini, yang lainnya status dirahasiakan. Saling mendo'akan semoga rahmat dan kebarakahan senantiasa menyertai kita semua. Semoga selamat dunia akhirat dan husnul khatimah. Barakallah aamiin yaa Rabb..




Tidak ada komentar:

Posting Komentar