Jumat, 28 Maret 2014

Cinta Apa Hanya Sekedar Rasa Tak Berasa?

Pagi ini saya datang telat 30 menit ke pengajian yang membedah kitab al-Hikam. Awal mulanya keterlambatan itu mungkin karena dengan niat yang kurang tepat berangkat pas waktu, alhasil setelah ngelab semalam bersih-bersih sudah rampung sewaktu mengunci pintu ternyata kunci macet di daun pintu.

Pembahasan yang kutangkap tidak terlalu banyak. Memang inti dari pesan al-Hikam adalah meng-Esakan Allah dan mengajak berserah diri pada Allah. Posisi pasrah dan ridho terhadap ketentuan Allah menjadi yang utama dan pertama di atas semua hal.

Tiba pada sesi selingan dan diskusi, pembahasan dari ustadz menyambung ke bab tentang cinta. Jujur saya cukup takut mengatakan kata "CINTA" dan cenderung tidak mau membahasnya. Saya berpikir kata itu cukup hanya cocok untuk Allah, selain itu lebih suka memakai istilah sayang. Bukan trauma, namun sejak kecil yang saya yakini adalah ketika saya membuka pintu itu, maka tak ayal sulit menutupnya kembali. Tidak mau menyesal dan lebih berhati-hati, hingga masa yang tepat dg kondisi yang tepat.

Ustadz saya berpesan cinta dan orang yang jatuh cinta kata beliau tidak bisa disalahkan. Why? Cinta itu yang menciptakan Allah, bukan kuasa manusia. Beliau menjelaskan orang yang jatuh cinta itu begitu menderita, namanya saja lagi sakit karena jatuh ya wajar saja. Seperti yang digambarkan dalam novel Asywak (bidadari yang hilang) karangan Sayyid Qutb, tidak mudahnya seseorang melewati hari dengan hujaman panah asmara. Apalagi bertepuk sebelah tangan, kita semua berpegang pada Allah dan meminta pertolongan kepada-Nya.

sepenggal sajak novel Asywak:

hati-hati
mencabut duri dalam hati
bukan cinta yang bersemi
tapi benci yang terpatri


aku memugar mimpi di hati
membangun cinta di bumi
yang berdiri adalah benci

...

Ustadz mengeluarkan kalimat lagi, konon katanya kalau seseorang sedang jatuh cinta itu tai kucing rasa coklat. saya dan teman-teman, ya kah yang benar ustadz. Ustadz bilang, wah ini kayaknya tidak pernah jatuh cinta. Sambil guyonan, tak do'ain jatuh cinta. Dalam batin dan sempat menjawab pelan, ya ustadz jatuh cinta pada suaminya saja nanti hehehe.

Oleh karena itu orang yang jatuh cinta tidak perlu dibully atau dimusuhi, tapi perlu diobati karena mengingat lagi sakit bisa jadi sangat parah dan sulit terdeteksi. Jadi perlu terapi khusus. Disebabkan pada dasarnya cinta itu fitrah, ya berdo'a meminta perlindungan kepada Yang Maha Kuasa dan tinggal manejemen, mengatur ritme aturan mainnya sesuai batasan syar'i dengan cara tepat, pada orang yang tepat, kondisi yang tepat, dan di masa yang tepat. Ini hanya sekedar opini dan dapat nasihat dari asatidz, orang yang lebih berpengalaman. Sesungguhnya semua berasal dari Allah dan akan kembali pada Allah. Termasuk dalam urusan cinta, maka tidak perlu berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan, Allah tak suka dan menjebak pada hal yang mubadzir disukai Syaithan. Na'udzubillah, kami berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk. Semoga bermanfaat aamiin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar