Oleh: Mohammad Fauzil Adhim
Pengantar
Tulisan
ini disusun sekitar 14 tahun lalu oleh ustadz M. Fauzil Adhim. Beliau berkeinginan memasang
tulisan ini di FB semenjak beberapa pekan silam. Tetapi masih terselip.
Semoga catatan lama ini bermanfaat, setidaknya untuk kita renungi
bersama.
***
Kemarau
yang panjang ini masih akan berlanjut, kegersangan yang membuat
tanam-tanaman tak bisa tumbuh dengan sempurna, masih akan terjadi.
Hutan-hutan yang menghijau akan enggan menahan air untuk kita. Sementara
gempa mungkin akan mengguncang kita, hingga kita lari ketakutan. Tak
ada tempat untuk berlindung, sedangkan doa orang-orang shalih tak lagi
dikabulkan oleh Allah Ta’ala.
Apa sebabnya? Bukankah Allah Ta’ala perintahkan kita untuk berdo’a dan Ia berjanji akan mengabulkan setiap permintaan kita?
Ya…,
Allah Maha Mendengar. Ia kabulkan setiap permintaan selagi tak ada
perkara yang menghalangi. Ada beberapa sebab yang menjadikan Allah
Ta’ala mengizinkan sebuah negeri hancur, dan sebuah kaum ditimpa
kesengsaraan yang berkepanjangan. Mereka hidup di antara musibah demi
musibah. Mereka bernafas di antara bencana demi bencana. Sesudah satu
kengerian berlalu, datang lagi keguncangan yang lebih mengerikan.
Boleh
jadi kengerian itu datang dari tindakan kita yang salah perhitungan.
Boleh jadi ketakutan itu mencekam setiap hati karena ganasnya manusia.
Atau boleh jadi, kita lari dari satu bencana menuju bencana berikutnya
yang lebih besar, sementara langit tak lagi menurunkan hujan. Kalau saja
Allah Ta’ala tidak kasihan kepada binatang-binatang yang kehausan,
tentu bumi akan terbakar dan sumur-sumur akan mengering seluruhnya.
Teringatlah saya kepada hadis riwayat Ibnu Abdil Barr.
Allah
mengutus dua malaikat untuk membinasakan sebuah desa dan semua isinya.
Dua malaikat tersebut mendapatkan seorang yang sedang shalat di sebuah
masjid. Dua malaikat itu berkata, “Wahai Tuhanku, di desa ini ada
seorang hamba-Mu yang sedang shalat.”
Allah berkata, “Hancurkan desa tersebut dan hancurkan ia bersama-sama karena wajahnya tidak merah, marah karena-Ku” (HR. Ibnu Abdul Barr).
Kapankah doa orang shalih tak sanggup menghindarkan sebuah negeri dari bencana yang menakutkan? Ummu Salamah bertutur:
Aku mendengar Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kemaksiatan merebak di antara umatku, maka Allah akan menimpakan azab yang mengenai siapa saja.”
Shahabat bertanya, “Wahai Rasul Allah, bukankah di antara mereka ada orang yang shalih?”
Beliau menjawab, “Betul.”
Shahabat berkata, “Apa yang ditimpakan kepada mereka?”
Beliau menjawab, “Mereka juga merasakan apa yang dirasakan oleh orang umumnya. Mereka mendapatkan pengampunan dan ridha Allah.” (HR. Ahmad).
Hari
ini, marilah kita berhenti sejenak untuk melihat diri kita sendiri.
Ketika kemaksiatan telah dianggap kesenian, apakah yang sudah kita
lakukan? Ketika memperlihatkan aurat telah dianggap sebagai hak dan
kemerdekaan, apakah yang sudah kita lakukan? Ketika TV berlomba-lomba
menayangkan pantat dan pusar sebagai tuntutan pasar, apakah yang sudah
kita lakukan? Kalau kita hanya mengucap istighfar di bibir sembari tetap
menikmati dan tertawa, maka bersiaplah menyambut ketakutan demi
ketakutan di depan kita. Bersiaplah melihat sungai-sungai besar
mengering, mata air berhenti mengalir, dan tanah yang kita pijak pecah
membentuk retakan-retakan. Bersiaplah menghadapi paceklik panjang,
ketika tanah-tanah subur tak lagi menumbuhkan tanaman. Sedangkan
pohon-pohon yang biasanya sepanjang tahun bisa kita petik buahnya, akan
berhenti berbunga. Tak berbuah kecuali sangat sedikit atau bahkan tidak
sama sekali.
Di saat itu, kemiskinan merata di seluruh
negeri, kecuali pada sebagian kecil orang saja. Padahal, barang-barang
yang membuat hati sangat mengingini, sangat bertebaran. Airmata tumpah
di mana-mana. Sementara para pemimpin hilang kasih-sayangnya. Tak ada
yang mereka pikirkan kecuali bagaimana menambah kekayaan. Sedangkan
bergantinya pemimpin, sesungguhnya hanyalah pergantian kekuasaan yang
menindas.
Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Umat ini akan selalu di tangan dan pertolongan Allah selagi para
ulamanya tidak diperkaya oleh para pemimpinnya dan selagi orang-orang
yang baik tidak menganggap baik orang-orang yang fajir (jahat),
dan selagi orang-orang jahat tidak menghinakan orang-orang yang baik.
Bila mereka melakukan semua itu, maka Allah akan mengangkat Tangan-Nya
dari mereka dan orang-orang yang kejam akan menguasai dan menindas
mereka. Kemudian Allah menurunkan paceklik dan kemiskinan.” (Marasil Hasan Bashri)
https://www.facebook.com/notes/mohammad-fauzil-adhim/akan-datang-kengerian/615347331847732
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar