Awal kedatangan untuk persiapan menetap di kampung halaman Blitar mulanya cukup canggung, Kira-kira ntar mau ngabdi di mana dan di bidang apa. Karena ini masih ma'rifatul maidan jadi belum terlalu muluk-muluk targetnya. Setali-dua uang posisi memang belum wisuda, toh saya juga belum sangat leluasa dan total di sana.
Pertama, saya menawarkan diri untuk mengajar di TPA Daarul Lughoh lewat salah satu pengajar yang alhamdulillah kebetulan tetangga rumahku. Dulu di situ tempat saya dan sepupu saya belajar bahasa Arab yang sering kami sebut ma'had Daarul Lughoh yang bertempat di desa Tunjung kec. Udanawu kab. Blitar. Ya dengan dengan pembantu mengajar, saya ikuti ritme dan kurikulum belajar TPA. Pelan-pelan saja, maklum orang baru. Hari pertama mengajar di kelas 1, berisi anak-anak yang seumuran play group-TK. Tahu sendiri seumuran itu betapa aktif dan suka nanya yang kadang setelah kita pikir-pikir sulit juga ya jawabnya. Bukan itu saja yang surprise, ya saya disebut dan dipanggil "bu guru". Panggilan itu cukup aneh bagi saya sekaligus ada semacam beban dan tanggungjawab, saya benar menjadi bagian pendidik ini. Yang benar saya senang menjadi relawan.
bu guru, nulis alif ngeten niki nggih..
nggih.. *dalam batin anak-anak ini dibiasakan kromo inggil rek
yang tegak terus ya, di atasnya ada tanda fathah (seling dengan bahasa Indonesia)
kemudian belajar mengaji dengan adik, jika ada pengajar baru biasanya adik-adik penasaran sekalian gangguin kelas 1. semakin bersahut-sahutan memanggil bu guru, bu guru rumah'e pundi (di mana)? bu guru sakniki ngajar mriki (sekarang ngajar di sini ya)? dan seterusnya...
Kenapa dipanggil bu guru saya merasa aneh, karena panggilan itu tidak familiar untuk panggilan saya. Ketika mengajar di Surabaya saya lebih suka memperkenalkan diri dengan sebutan "kakak".
Kedua, saya belum berencana membuka kesempatan adik-adik belajar di rumah kediaman karena memang belum sreg bagi waktunya dengan persiapan penyelesaian akademik di ITS. Ada adik di SD kampung minta diajari pelajaran sekolah, adiknya curhat panjang tentang dunia sekolahnya. Akhirnya bismillah ada beberapa adik lagi yang ikut bimbingan belajar di rumah, hmm ya mereka panggil saya bu guru. sejenak saya evaluasi diri, apakah saya pantas jadi ibu guru. Saya apresiasi adik-adik, mungkin mereka berpikir siapa pun yang mengajari ilmu dianggap sebagai guru.
Sayang sekali ibu gurunya masih wira-wiri Surabaya-Blitar, maaf adik-adik masih belum bisa pulang ke Blitar. Mohon do'anya semoga akademiknya segera beres dan selesai biar bisa fokus. Setidaknya bisa mengantar kalian jadi orang, minimal masih ada kesempatan SD, SMP, SMA, sampai kuliah. Kalian harus lebih baik dari kakak. Sampai jumpa :)
Bu Guru Oh Bu Guru....
to be continued #
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar