Sabtu, 09 November 2013

Khutbah Nikah

By: ustadz Mohammad Fauzil Adhim 

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.


يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ
وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا


أَمَّا بَعْدُ

Tidak ada tuhan selain Allah ‘Azza wa Jalla. Hanya kepada-Nya kita menyembah dengan sepenuh ketaatan. Dan hanya kepada-Nya kita meminta pertolongan.  قل إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Tuhan Semesta Alam.” (QS. Al-An’aam, 6: 162). Kepada-Nya kita memurnikan ketaatan. Tidak ada ‘ibadah, tidak pula amal shalih yang bernilai di hadapan Allah Ta’ala kecuali yang dilakukan ikhlas karena Allah Ta’ala dan untuk mengharap ridha Allah Ta’ala semata. Tidak mungkin hidup kita untuk Allah Tuhan Seru Sekalian alam, apalagi mati kita, kecuali jika shalat kita untuk Allah Ta’ala dan ibadah kita juga hanya untuk Allah ‘Azza wa Jalla semata.

Begitu pun pernikahan ini.

Sesungguhnya, nikah itu sunnah Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam. “Dan barangsiapa tidak menyukai sunnahku, maka dia tidak termasuk golonganku.” فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي (HR. Bukhari). Sesungguhnya bersama sunnah ada barakah. Maka sebelum akad berlangsung, benahilah niat dan luruskan tujuan. Sebab tiap-tiap kita akan mendapatkan sesuai apa yang menjadi niat kita dalam beramal, termasuk pernikahan ini. Maka, menikahlah untuk memuliakan sunnah. Dan menikahlah dengan menetapi sunnah. Ketahui pula sunnah yang mengiringi akad nikah, serta sunnah yang ada dalam pernikahan ini pada masa-masa berikutnya.

Kenalilah agama ini. Ambillah dari orang-orang yang terpercaya akhlaknya, matang ilmunya dan lurus aqidahnya. Sesungguhnya rusaknya agama adalah karena dua perkara, yakni fitnah syahwat dan fitnah syubhat. Fitnah syahwat yang paling berbahaya adalah besarnya kecintaan terhadap dunia pada diri orang-orang yang seharusnya menjadi panutan dalam agama ini, yakni para ‘ulama.

Aku pesankan ini kepada kedua calon pengantin, sebab kelak agama inilah yang harus kalian jadikan pijakan dalam merawat, menata dan mengokohkan rumah-tangga. Dengan berpijak pada agama yang lurus dalam mengelola rumah-tangga dan mendidik anak-anak yang semoga kelak Allah Ta’ala berikan, mudah-mudahan kelak Allah Ta’ala akan kumpulkan kalian ke dalam surga-Nya. Para malaikat menyeru dengan perkataan, “Salaamun ‘alaikum bi ma shabartum. Salam sejahtera atas engkau bersebab kesabaranmu.” Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (QS. Ar-Ra’d, 13: 24).Seraya mempersilakan masuk ke dalam surga, “Udkhulul jannah, Antum wa azwajukum tuhbarun. Masuklah ke dalam surga, kamu dan isteri kamu untuk digembirakan.” (QS. Az-Zukhruf, 43: 70).

Di hari itu, amal anak dan orangtua saling disusulkan jika mereka sama-sama beriman dan bertaqwa. Dan penjaga iman itu adalah takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Jika rasa takut kepada Allah Ta’ala tertancap kuat di hati, maka tak ada lagi rasa takut terhadap dunia. Maka, ketenangan itu ada pada kalian berdua.

Ingatlah ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam sebuah hadis qudsi sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bazzar:

“Demi keperkasaan dan kemuliaan-Ku, Aku tidak akan menyatukan dua rasa aman dan dua rasa takut pada diri seorang hamba-ku; jika dia merasa aman dari-Ku saat di dunia, maka Aku akan menjadikannya takut pada hari Aku mengumpulkan hamba-hamba-Ku, dan jika ia takut kepada-Ku di dunia, maka Aku akan menjadikannya merasa aman pada hari Aku mengumpulkan hamba-hamba-Ku.” (HR. Al-Bazzar).

Maka, hendaklah kalian saling tolong-menolong satu sama lain dalam kebaikan, saling tolong menolong satu sama lain dalam taqwa. Ta’awanu ‘alal birri wat taqwa. Dan janganlah kalian saling mendukung dalam hal yang dapat menjatuhkan kalian berdua dalam dosa dan keingkaran kepada-Nya. Bertaqwalah kepada Allah Ta’ala.

Awal-awal menikah merupakan masa yang paling mudah bagi kalian untuk memulai kebiasaan baru yang baik dan mentradisikannya dalam rumah-tangga; kebiasaan baru yang bersesuaian dengan syari’at dan bahkan termasuk dalam perintah. Dan inilah sunnah hasanah. Sekiranya engkau dapat merintis sunnah hasanah dalam rumah tangga, lalu ada keluarga lain yang mencontohnya, maka sungguh pahala dari Allah Ta’ala akan mengalir lebih deras kepadamu atas apa yang dikerjakan orang lain tanpa pahala mereka dikurangi sedikit pun. Dan sebaliknya dalam perkara keburukan dan mentradisikannya dalam rumah-tangga. Jika merintis sunnah sayyi’ah, maka bagi perintis sunnah sayyi’ah itu dosa yang tak putus-putus manakala orang lain mencontohnya. Na’udzubillahi min dzaalik.

Maka, jagalah arah hidup kalian sesudah menikah. Jadikanlah akhirat sebagai hasrat terbesar kalian, sesudah Allah Ta’ala menolong kalian dengan memampukan menyempurnakan separo agama, yakni menikah. Ingatlah sabda Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ كَانَ هَمُّهُ الآخِرَةَ؛ جَمَعَ اللهُ شَمْلَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ، وَمَنْ كَانَتْ نِيَّتُهُ الدُّنْيَا؛ فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ ضَعْيَتَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا كُتِبَ لَهُ

“Barangsiapa yang passion (hasrat kuat)nya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan kekuatannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Namun barangsiapa yang niatnya mencari dunia, Allah akan menceraiberaikan urusan dunianya, dan menjadikan kefakiran di antara kedua pelupuk matanya, dan dunia tidak akan menghampirinya kecuali sebesar apa yang telah ditakdirkan baginya.” (HR Ibn Majah, Ahmad, al-Baihaqi, Ibn Hibban, ad- Damiri; shahih).

Renungkanlah. Dan jagalah ini dengan berhati-hati agar rezeki kalian berdua penuh barakah. Sesungguhnya rezeki yang barakah, bertambahnya membawa kebaikan dan berkurangnya tidak menyesakkan dada. Sedangkan rezeki yang tidak barakah, bertambahnya membuat kehidupan rumah-tangga terasa hambar dan berkurangnya menjadikan hati semakin rusuh.

Allahumma shalli ’alaa Muhammad wa ’alaa `aali Muhammad.

Demikianlah. Semoga Allah Azza wa Jalla jadikan mereka sebagai keluarga yang penuh barakah. Di dalamnya ada kebaikan yang bertambah-tambah (ziyaadatul khair). Tidak­lah lahir dari pernikahan mereka, kecuali anak-anak yang memberi bobot kepada bumi de­ngan kalimat laa ilaaha illaLlah.

Kepada semua yang hadir, tidak ada do’a yang lebih baik sesudah akad nikah kecuali do’abarakah. Bukan do’a bahagia. Tanpa kita do’akan pun mereka sudah sangat bahagia dengan pernikahan ini. Dalam do’a bahagia, tidak dengan sendirinya terkandung barakah. Tetapi dalam do’a barakah, dengan sendirinya kita memohonkan kebahagiaan di dunia hingga akhirat bagi mereka.

Do’akanlah mereka dengan apa yang dituntunkan oleh Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam, “Barakallahu laka wa barakah ‘alaika wa jama’a bainakumaa fii khairin. Baraka­llahu lakum wa barakah ‘alaikum wa jama’a bainakumaa fii khairin.”

Semoga Allah Ta’ala kabulkan do’a kita.

Ihdinash-shiraathal mustaqiim. Astaghfirullahal ‘adziim. Billahit tawfiq wal hidayah.


وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


*** Ini adalah khutbah yang saya sampaikan pada pernikahan 
Sarah Trisna Maisyaroh, S. Pd & Dinda Denis Prawitashandi Putrantya, S. Psi 
di Yogyakarta, 22 Agustus 2012

Ada sejumlah bagian yang seharusnya saya lengkapi dengan teks Arab, tetapi belum memungkinkan, termasuk hadis qudsi riwayat Al-Bazzaar. Sekiranya ada yang berkenan menambahkan, saya sampaikan jazaakumullah khairan katsiiran. Semoga Allah Ta'ala limpahkan pahala yang besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar