Selasa, 03 Januari 2012

Keutamaan istighfar

Nabi Muhammad shollahu’alaih wa sallam biasa membaca istighfar saat menghadapi keadaan susah maupun menerima karunia. Dan untuk mengantisipasi segala kesusahan Nabi juga melazimkan membaca istighfar sebagaimana hadist yg artinya sebagai berikut :

Artinya : “ Barangsiapa yang tetap melakukan istighfar, maka Allah subhaanahu wa ta’ala akan membebaskannya dari segala kesusahan dan melapangkannya dari setiap kesempitan serta akan memberinya rezeki dari jalan yang tidak diduganya.” (HR Abu Dawud )

Imam Al-Qurthubi menyebutkan:” Ada seorang laki-laki mengadu kepada Imam Hasan Al-Bashri tentang kegersangan bumi sehingga ia tidak bercocok tanam, maka beliau berkata tentang kepadanya. ’beristighfarlah kepada Allah!” Orang yang lain datang dan mengadu kepadanya tentang kemiskinannya, maka beliau berkata kepadanya,beristighfarlah kepada Allah!” Dan yang lain lagi berkata kepada Imam Hasan Al-Bahri , “Doakanlah (aku) kepada Allah, agar Dia memberiku anak!” maka beliau mengatakan kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” Dan yang lain lagi mengadu tentang kekeringan kebunnya, maka beliau mengatakan pula kepadanya,” beristighfarlah kepada Allah!” Dan kami menganjurkan demikian kepada orang yang mengalami hal yang sama. Maka seseorang berkata kepada Imam: Banyak orang yang mengadukan bermacam-macam perkara dan anda memerintahkan mereka semua untuk beristighfar. Maka Hasan Al-Bahri menjawab: aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri. Tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam surat-Nya :

Artinya : maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. ( QS. Nuh : 10-12 )

Ibrah….
Ada sebuah kisah, suatu hari Imam Ahmad Ibnu Hambal bepergian jauh untuk sebuah urusan. Karena kemalaman di jalan, maka beliau bermaksud bermalam di sebuah mushala yang dijumpainya di sebuah perkampungan. Beliau memasukinya dengan gembira karena menemukan tempat untuk beristirahat. Tetapi ketika beliau bermaksud rebahan untuk istirahat , beliau dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang mengaku pengurus dari mushala tersebut. Seseorang itu mendatanginya dan menanyakan maksud kedatangannya di mushala itu. Imam Ahmad bin Hambal mengatakan bahwa beliau dalam perjalanan ke suatu tempat dan karena kemalaman beliau ingin menumpang istirahat sebentar di mushala tersebut. Diluar dugaan beliau pengurus mushala itu menghardik dan mengusirnya sembari mengatakan bahwa mushala bukan tempat tidur. Imam tetap meminta agar mengizinkannya untuk bisa beristirahat barang sebentar agar hilang rasa lelah berjalan seharian. Mungkin karena sang pengurus tidak mengenal sang imam sehingga ia tetap mengusirnya. Bahkan ketika sang imam tinggal diteras mushalla, sang pengurus tetap mengusirnya dan bahkan mengusirnya sampai ditengah jalan.



Dengan perasaan tidak menentu dan rasa lelah yang menyerang sang imam kembali menyusuri jalan ditengah malam yang hampir larut. Diperjalanan sang imam bertemu dengan seorang yang mengaku sebagai penjual roti. Setelah berkanalan sang penjual rotikemidian mengajaknya singgah kerumahnya. Sang imam menurut saja karena beliau memang membutuhkan tempat untuk beristirahat. Ketika sudah sampai dirumah sang penjual roti, sang imam dijamu dan dipersilahkan untuk makan secukupnya. Sang imam juga dipersilahkan untuk beristirahat dirumahnya sebelim besoknya melanjutkan perjalanan. Sang imam bersyukur sekali bertemu dengan pejual roti yang baik hati.
Si penjual rotipun membiarkan sang imam di tempatnya untuk beristirahat, sambil dia memulai untuk menyiapkan penggilingan untuk membuat roti yang akan dijual besok paginya. Sebelum benar-benar tertidur, sang imam mmeperhatikan gerak-gerik si penjual roti dalam menyiapkan pembuatan rotinya. Sang imam terperanjat ketika menyaksikan sesuatu yang menakjubkan dari sang penjual roti . setiap mengayunkan penggilingan roti, sang penjual roti membaca istighfar. Begitulah yang dilakukannya sepanjang pembuatan roti sampai selesai. Karena penasaran maka sang imam mendatangi penjual roti dan menanyakan perilakunya tersebut. Si penjual roti menceritakan bahwa kebiasaan itu sudah lama dia lakukannya. Tidak hanya saat menggiling roti saja tetapi hampir dalam setiap kesempatan dan untuk semua pekerjaan.
Kemudian si penjual roti menuturkan bahwa sejak dia melakukan kebiasaan beristighfar tersebut hampir seluruh doa-doanya dikabulkan oleh Allah SWT. Tidak ada satupun permintaan yang dia panjatkan kepada Allah, pasti dikabulkan. Kecuali hanya satu doa,kata si penjual roti yaitu keinginan untuk bertemu langsung dengan Imam Ahmad bin Hambal. Sang Imam terperanjat seketika dan tidak mampu menyembunyikan rasa harunya mendengar penuturan sang penjual roti. Dan akhirnya sang Imam mengaku dan berterus terang bahwa dialah Imam Ahmad bin Hambal. Maka keduanya kemudian meluapkan rasa kegembiraan dan saling berangkulan. Masih terlintas dalam pikiran sang imam bahwa ternyata beliau diusir dari mushalla dan dipertemukan dengan si penjual roti adalah salah satu cara Allah SWT untuk mengabulkan doa si penjual roti. Subhanallah wa Allahu Akbar...

Subhanallah,Maha Suci Allah,...
Begitu besar manfaat istighfar, sebagai langkah mengingat/berdzikir pada Allah. Beristighfar tidak hanya semata ingin dikabulkan doanya. Seperti cerita sang penjual roti dan Imam Ahmad bin Hambal, sang penjual roti yang baik hati yang membantu saudaranya tanpa pamrih. Mari memperbanyak dan memperbarui istighfar kita, dalam rangka mendekatkan diri pada yang Maha Kuasa.Semoga bermanfaat.,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar