Apa
yang terlintas dalam pikiran ketika menyebutkan kata “KAMMI”, mungkin sebagian
orang akan berpikir dan mengira KAMMI diidentikkan dengan aksi, sedangkan kata
aksi dipersepsikan dengan demo turun ke jalan. Namun sejak awal saya mulai
berinteraksi dengan penggiat KAMMI tidak seperti itu kok. Sambil merefresh memori,
Ya tepatnya kurang lebih 4 tahun yang lalu saya mulai mengenalnya di masa akhir
SMA menuju jenjang perkuliahan ketika SNMPTN panlok 74, *sebut Malang. Saat itu
pergulatan dimulai.
Aku dan KAMMI,.
Ya
begitulah, kami saling melengkapi. Dia
yang menyediakan regulasi, aku yang mengembangkan dan mengeksekusi. Secara
garis edar pas buat untuk pembelajaran, wadah untuk belajar sebagai perantara
mengeja arti kehidupan. Bukan bermaksud untuk mengkultuskan atau terlalu
mengkhususkan, lalu hendak timbul sifat fanatik ataupun ash-shobiyah tingkat
akut stadium empat. Bukan, bukan untuk itu
yang kumau atau yang dimaksud.
Aku dan KAMMI,.
Kesatuan
Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia komisariat Sepuluh Nopember, Surabaya Jawa
Timur. Debut kerja dimulai, tahun pertama menjadi mahasiswi di ITS sudah
tergabung dengan KAMMI komisariat Sepuluh Nopember. Sebagai awalan berkarya di
bagian departemen Kajian Startegis yang disingkat dengan “departemen Kastrat”.
Sebagai staf muda dari angkatan 2008 bersama teman saya Ria, dengan pengurus
harian angkatan 2006 saat itu. Kami sudah berkeliling dari satu institusi ke
institusi yang lain, dari BEM fakultas – fakultas sampai BEM institut dan beberapa
hima (himpunan mahasiswa) di ITS. Ikut mempersiapkan diskusi terbuka capres BEM
sampai dengan CAKRAWALA (cangkrukan Akhwat Luar Biasa). Tahun kedua 2009,
saatnya belajar bisnis ya waktu itu diletakkan di LSO SBC (Sepuluh Nopember
Bisnis Center). Alhamdulillah bisa belajar pemasaran dan berdagang. Belajar
gimana membangun jaringan dan mengasah kemampuan teknis secara praktis. Tahun
ketiga dan keempat adalah loncatan yang luar biasa bagi saya. Why. Kenapa coba
Tanya kenapa?
Loncatan
luar biasa itu terjadi ketika aku mengenal mereka. Mereka yang awal mulanya
belum saya kenal. Belum pernah saya panggil namanya dengan jelas, menyapanya
dengan senang hati dan tangan terbuka. Mungkin bisa diibaratkan terbuka seluas
samudra atau barangkali lebih luas dari itu. Karena memang tidak bisa diukur
hanya secara kuantitas karena semua bermula dari rasa hati dan empati. Ya,
mungkin ini yang namanya perantara untuk mengantar ke pintu gerbang pelabuhan.
Ya siapa yang mengira, hal itu bermula ketika mengenal dan diletakkan di bagian
pengabdian masyarakat. Sebut saja sebagai SSC (Social Service Center) merupakan
salah satu LSO/ lembaga semi otonom di KAMMI Sepuluh Nopember. Tahun ketiga
selaku sekretaris direktur LSO SSC berpartner dengan Fathurahman jurusan Sistem
Informasi 2008 sebagai direktur. Setelah musyawarah komisariat selesai, tim
formatur berkoordinasi sampailah keputusan SSC dipelopori oleh kami ditambah
sekuadnya terdiri dari Addin, Eva, Wihda, Surya, Aminnudin, dst. Awal
kepengurusan daerah binaan masih ikut turun temurun dari kepengurusan
sebelumnya 2009-2010. Pada akhir kepengurusan kami mulai berpikir untuk
mengembangkan dan berbagi job untuk pemberdayaan daerah. Terpilihlah daerah
selanjutnya adalah Kejawan Gebang. Pada tahun keempat ini, kepengurusan 2011-2012
mulai perintisan daerah binaan dan puncak – puncaknya. Dengan segenap hati kami
mempersipakan-nya. Ada beberapa catatan perjalanan :
1.
Memaknai
seni perbedaan
Tidak bisa dipungkiri manusia terlahir
beragam dan tidak sama. Masing – masing individu sangatlah unik. Jadi teringat
statmen “every child is special, everyone is unique”. So, semakin tergambar dan
terlihat dengan keberagaman tersebut kehidupan lebih terasa berwarna – warni
dan lebih indah. Mana mungkin keindahan tersebut akan kita rusak tatkala
terjadi pemaksaan terhadap orang harus sama dengan kita. Padahal secara
psikologis, setiap individu punya karakter dan kecenderungan yang berbeda –
beda. Yaa perbedaan itu nampak terlihat
indah dan renyah, tatkala tiap – tiapnya saling mengisi ruang satu sama lain.
Bak menyusun puzzle dengan beragam bentuk dan corak, setia pada posisi dan
perannya. Setiap puzzle mempunyai ciri khas, jika penepatan atau penyusunan
puzzle kurang tepat. Apa yang terjadi? Maka puzzle pun tidak berbentuk sesuai
2.
Di jalan-Mu
ku belajar teguh untuk merengkuh ridha-Mu
3.
Keluarga
baruku
4.
Berbagi
membuat kekayaan pikiran, hati, rizQi semakin bersemi
5.
Membangun
budaya nilai
6.
Sekuad luarr
biasa, tanpamu direktur belum tentu bisa disebut direktur lho
7.
Berlatih
professional, yuuk… yes we know we can!
8.
Aku tidak
gila jabatan
9.
Yang lain
pura – pura, gua apa adanya ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar